ALBIRRU

Lalat buah (Bactrocera) adalah hama yang banyak menyerang buah-buahan dan sayuran, termasuk tanaman cabai. Serangan lalat buah diperkirakan mencapai 4.790 ha dengan kerugian Rp21,99 miliar. Lalat buah merupakan salah satu hama penyebab gagalnya panen buah

ALBIRRU

Cabai merah besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang memilki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia

ALBIRRU

Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun istilah "hama" dapat digunakan untuk semua organisme, tetapi istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Organisme yang bersifat invasif juga merupakan hama

ALBIRRU

Sayur atau sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan nabati yang biasanya mengandung kadar air yang tinggi, yang dapat dikonsumsi setelah dimasak atau diolah dengan teknik tertentu, atau dalam keadaan segar. Istilah untuk kumpulan berbagai jenis sayur adalah sayur-sayuran atau sayur-mayur

ALBIRRU

Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pupuk organik diartikan sebagai zat hara tanaman yang berasal dari bahan organik

Inilah Beberapa Penyebab Bunga Rontok dan Cara Mengatasinya

Inilah Beberapa Penyebab Bunga Rontok dan Cara Mengatasinya



Tinggi rendahnya produktivitas tanaman ditentukan oleh jumlah bunga produktif, yaitu bunga yang berhasil dibuahi lewat penyerbukan hingga menjadi buah. Pada tanaman yang menghasilkan buah, diantaranya cabai, tomat, semangka, melon, timun, dal lain sebagainya, masa berbunga merupakan fase yang paling rentan bagi tanaman serta penuh tantangan bagi pekebun.

Bisa diibaratkan seperti masa-masa kehamilan pada seorang ibu, dimana terjadi perubahan fisik, hormonal dan psikologis yang mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janinnya. Maka pada fase berbunga tanaman juga mengalami perubahan fisiologis dan hormonal yang berpengaruh pada kondisi tanaman secara langsung.

Masalah yang paling umum ditemui adalah kerontokan bunga. Untuk mengatasi kerontokan bunga dan buah biasanya para pekebun disarankan menyemprotkan kalsium melalui daun. Seringkali langkah ini berhasil mengurangi kerontokan, namun tak sedikit pula yang gagal atau sedikit berpengaruh. Sebenarnya kerontokan bunga tidak semata disebabkan defisiensi unsur kalsium. Ada berapa penyebab lain yang harus kita ketahui sebelum menentukan solusinya.

1. Gangguan penyerbukan

Penyerbukan adalah sebuah peristiwa alami jatuhnya serbuk sari lalu menempel pada kepala putik sehingga terjadi proses pembuahan sempurna pada bunga dan melalui proses fotosintesis. Proses penyerbukan bisa terjadi karena bantuan angin, serangga (semut, lebah, kupu-kupu dan lain-lain), maupun manusia. Manakala penyerbukan ini gagal, maka bunga tersebut akan mandul dan akan gugur dengan sendirinya. Kegagalan proses penyerbukan bisa disebabkan beberapa hal diantaranya:

  1. Tidak adanya serangga karena dampak penggunaan insektisida yang berlebihan.
  2. Penyemprotan pestisida yang mengenai putik sari bunga pada saat-saat bertepatan dengan terjadinya proses penyerbukan
  3. Tiupan angin yang terlalu kencang
  4. Hujan deras yang meluruhkan serbuk sari

Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, yang sebaiknya diperhatikan pada saat tanaman cabai sedang giat-giatnya berbunga adalah:

  1. Jika terpaksa menggunakan pestisida pilihlah yang berspektrum sempit (spesifik) sehingga tidak membunuh serangga-serangga lain yang berperan dalam penyerbukan. Agar tidak mengganggu putik sari, usahakan mengatur nozel agar menghasilkan partikel air yang halus / mengabut.
  2. Untuk menarik serangga penyerbuk (pollinator) tanamlah bunga-bunga pemikat seperti kenikir, calendula, marigold, bunga matahari dan bunga-bunga berwarna kuning atau putih. Selain menarik serangga penyerbuk, tanaman ini juga mengundang musuh alami (predator) yang bisa menekan serangga hama.
  3. Perhatikan tiupan angin. Jika lahan berada di tanah lapang yang terbuka, dan sedang musim angin kencang sebaiknya lahan dipagari dengan mulsa / plastik / anyaman daun kelapa. Tidak perlu terlalu rapat namun sekedar bisa menghambat tiupan angin yang terlalu kencang.

2. Kelebihan unsur nitrogen (N)

Terlalu banyak unsur N terutama nitrat pada saat tanaman sedang giat berbunga membuat tanaman cenderung kembali aktif membentuk organ-organ pertumbuhan / vegetatif seperti tunas-tunas daun daripada membentuk bunga. Adapun bunga yang sudah muncul menjadi rentan dan mudah rontok. Oleh karenanya disarankan saat tanaman telah memasuki fase berbunga, gunakan pupuk dengan kandungan N rendah, dan tingkatkan unsur P. Sayangnya unsur P ini lambat terserap oleh tanaman melalui akar dan bersifat immobile, sehingga penambahan pupuk P seringkali terlambat mengatasi masalah kerontokan bunga karena overdosis unsur N. Untuk mengatasi masalah tersebut gunakan MORDEN-FOL yang bersifat instan dan cepat diserap melalui daun. Sedangkan untuk memperlambat penyerapan unsur N yang berlebihan dalam tanah kocorkan kalsium tepung CAL-HA.  

3. Kekurangan atau kelebihan air

Masa berbunga tanaman adalah persiapan pembentukan calon buah. Pada fase ini beban metabolisme meningkat pesat dan tanaman sangat membutuhkan air yang cukup untuk mempersiapkan pembentukan buah berikut biji. Minimnya pasokan air membuat tanaman berusaha mengurangi beban metabolisme agar dapat terus bertahan hidup. Caranya dengan menggugurkan sebagian bunga dan daun-daun melalui pembentukan jaringan gabus di antara tangkai batang dan bunga / daun, sehingga bunga / daun akan gugur dengan sendirinya. Fenomena ini disebut absisi.

Selain kekurangan air, Pengairan yang berlebihan juga akan membuat sel-sel tanaman menjadi turgid dan rentan, termasuk sel-sel tangkai bunga sehingga mudah rontok. Air yang berlebihan juga akan membuat tanah kurang oksigen sebagai salah satu syarat bagi pembentukan bunga.
Menjaga kadar air pada tanah (dalam kondisi selalu lembab dan tidak tergenang) sangat penting pada fase ini. Jika tanah terlalu kering, maka perlu dilakukan menyiraman lebih intensif. Dan jika air mudah menggenang, maka perlu dilakukan pembenahan drainase yang lebih baik.

4. Keterbatasan energi untuk metabolisme

Tak hanya manusia dan binatang yang butuh energi. Tanaman pun butuh energi yang cukup untuk berlangsungnya proses-proses metabolisme diantaranya membentuk organ mulai dari pucuk sampai akar, membentuk senyawa pertahanan alami terhadap hama dan penyakit, untuk beradaptasi terhadap cuaca dan iklim, serta membentuk karbohidrat dan organ-organ generatif seperti buah dan biji.  

Fase berbunga merupakan peralihan dari fase vegetatif (pertumbuhan) menuju fase generatif. Saat itulah tanaman membutuhkan energi yang sangat besar untuk mempersiapkan pembentukan organ generatif.

Jika pada fase peralihan ini tanaman mendapatkan energi yang cukup, maka pembentukan bunga dan calon buah akan berjalan lancar. Sebaliknya jika tanaman mengalami keterbatasan energi maka tanaman akan mengurangi beban metabolisme dengan cara merontokkan bunga.

Keterbatasan energi metabolisme bisa disebabkan karena terjadinya beberapa masalah yang membuat tanaman harus membagi-bagi porsi energi, antara lain :

a.  Cuaca dan suhu yang labil dan ekstrim

Ketika menghadapi kondisi suhu dan cuaca yang labil, secara alamiah tanaman harus selalu melakukan adaptasi atau penyesuaian diri agar dapat terus bertahan hidup. Proses adaptasi ini tentunya memerlukan energi. Semakin labil cuaca dan suhu, semakin sering tanaman harus beradaptasi, maka energi yang digunakan pun akan semakin banyak, sehingga tanaman harus menghentikan suplai energi untuk pembentukan bunga.

b.  Serangan hama dan penyakit

Ketika tanaman terserang hama dan penyakit, respon mereka yang paling awal adalah membentuk senyawa pertahanan alamiah agar tanaman dapat terus hidup dan tumbuh. Pembentukan senyawa pertahanan ini juga membutuhkan energi. Menggugurkan bunga merupakan suatu mekanisme alamiah oleh tanaman untuk mengurangi beban metabolisme demi prioritas bertahan hidup.

c.  Kurangnya sinar matahari saat fase berbunga

Sumber energi utama bagi tanaman adalah sinar matahari. Oleh karenanya kecukupan sinar matahari adalah syarat utama bagi terbentuknya bunga dan buah. Cuaca mendung yang terlalu sering pada saat tanaman sedang giat berbunga akan menghentikan suplai energi yang mencukupi bagi tanaman. Dampaknya proses pematangan bunga pun tidak dapat berlanjut dan banyak yang berguguran.

Dalam jaringan tubuh tanaman terdapat semacam zat ‘penangkap, penyimpan dan pengatur’ energi cadangan yang disebut senyawa adenosine tri phosphate (ATP). Bahan utama pembentuk ATP ini adalah unsur fosfat (P). Semakin banyak kandungan ATP dalam tubuh tanaman akan semain banyak energi cadangan yang tersimpan dalam tubuh tanaman, sehingga ketika tanaman kekurangan energi disaat pembentukan bunga dan buah, dampaknya tidak akan merugikan. Inilah penjelasannya mengapa dalam ilmu pertanian, biasanya kita disarankan mencukupi unsur P di saat menjelang pembentukan bunga.

Aplikasi MORDEN-FOL yang mengandung unsur fosfat dalam bentuk available di saat tanaman menjelang berbunga hingga terbentuk calon buah sangat sangat tepat untuk mencukupi energi metabolisme pada fase-fase “rawan” tersebut pada saat yang tepat.

5. Defisiensi unsur kalsium (Ca)

Defisiensi kalsium bisa menjadi salah satu penyebab kerontokan bunga dan buah. Kalsium merupakan unsur hara yang berperan penting dalam pembentukan dinding sel tanaman tak terkecuali pada tangkai bunga dan buah. Defisiensi Ca pada tanaman yang sedang berbunga berakibat pada menipisnya dinding sel dan lignin sehingga tanaman akan rentan. Bagian yang paling rawan terdampak adalah pangkal bunga / buah ditandai dengan keguguran. Saat tanaman sedang mempersiapkan bunga, sangat mencukupi unsur kalsium dengan CAL-HA yang dilengkapi dengan humat dan mineral kationik untuk memperkuat tangkai bunga dan buah.

Cara Efektif Mencegah dan Mengatasi Antraknosa pada Cabai

 

Cara Efektif Mencegah dan Mengatasi Antraknosa pada Cabai






Di sebagian besar wilayah Jawa penyakit ini sering disebut pathek, mungkin karena menyerupai penyakit kudis pada kulit manusia. Namun sebenarnya penyakit pathek pada cabai ini bukan disebabkan oleh bakteri sebagaimana pada kulit manusia, melainkan akibat infeksi jamur / cendawan patogen yang bernama colletotrichum sp, dan gejala penyakitnya dinamakan antraknosa. Sebenarnya antraknosa atau pathek ini tak hanya menyerang tanaman cabai, melainkan juga tanaman lain seperti terong, melon, tomat, bawang merah, hingga mangga. Spesies cendawan patogen yang menyerang sama-sama dari spesies collectrotricum sp, namun tiap-tiap jenis tanaman terdapat strain-strain yang berbeda hingga puluhan nama strain. Khusus di Indonesia strain jamur patogen penyebab antraknosa didominasi oleh colletotrichum acutatum, colletotrichum capsici dan colletotrichum gloeosporioides .

Dampak serangan antraknosa ini bisa sangat masif dan menyebabkan kerugian hasil panen hingga 65%. Oleh karenanya para petani berusaha sekuat tenaga melakukan berbagai cara untuk pengendaliannya, bahkan tak jarang mengkombinasi berbagai macam fungisida dalam setiap aplikasi. Tingkat serangan antraknosa pada suatu hamparan kebun cabai tergantung dari pola pengendaliannya, mulai sejak upaya preventif atau pencegahan hingga kuratif. Apabila serangan antraknosa diantisipasi sejak dini maka upaya pengendalian secara kuratif selanjutnya akan lebih mudah dengan tingkat serangan yang rendah.

Infeksi antraknosa pada cabai ditandai dengan gejala awal  berupa  bintik-bintik  kecil  yang berwarna kehitaman pada kulit buah.  Selanjutnya mengakibatkan  buah mengkerut,  kering dan membusuk. Pada  tahap  awal  infeksi  konidia colletotrichum  yang  berada  di permukaan kulit  buah cabai akan berkecambah dan  membentuk  tabung perkecambahan.  Setelah  tabung  perkecambahan  penetrasi  ke lapisan epidermis  kulit  buah  cabai maka akan  terbentuk  jaringan  hifa.  Kemudian hifa  intra  dan  interseluler  menyebar  ke seluruh  jaringan  dari  buah  cabai.

Inang antraknosa sebenarnya tidak hanya pada buah cabai tetapi juga terhadap tangkai, batang muda, dan percabangan baik pada fase vegetatif hingga generatif. Memang cukup jarang ditemukan serangan antraknosa pada saat fase vegetatif karena tanaman muda yang masih aktif tumbuh masih mampu mensintesis metabolit sekunder berupa zat-zat pertahanan alamiah. Zat pertahanan alami terbentuk sebagai respon tanaman ketika patogen berusaha menginfeksi sehingga dampak serangan tidak terlalu signifikan dan mudah diatasi. Meski demikian sangat mungkin sejak tanaman muda keberadaan spora-spora patogen ini sudah ada namun belum mendapatkan kondisi yang sesuai untuk berkembang pada tingkat serangan yang menimbulkan dampak. Pada lahan-lahan yang sebelumnya pernah terjangkit serangan antraknosa spora bisa terinvestasi dalam keadaan dorman di dalam tanah, sisa-sisa tanaman maupun pada tanaman-tanaman semak. Penyebaran spora antara lain melalui angin, tangan manusia, kaki-kaki serangga, gesekan antar tanaman, percikan air hujan hingga aliran air di permukaan tanaman. 

FAKTOR LINGKUNGAN

Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap terjadinya serangan antraknosa. Diantaranya kelembaban udara tinggi yang mencapai 90% serta suhu udara yang hangat berkisar 300C. Kelembaban udara bisa berasal dari penguapan air tanah pada saat cuaca panas, baik di musim hujan atau pada musim kemarau (pada lahan-lahan dengan pengairan saat cuaca terik, atau saat kemarau basah).

Selain suhu dan kelembaban, sanitasi lingkungan juga mempunyai kontribusi. Sebagaimana dijelaskan di atas, spora colletotrichum mampu bertahan dalam keadaan dorman di lingkungan sekitar, diantaranya pada tanah, semak, dan tanaman cabai di sekitar yang sudah terserang, atau penggunaan mulsa bekas yang pernah digunakan pada tanaman musim sebelumnya yang pernah terserang.

KONDISI TANAMAN

Selain faktor lingkungan berupa suhu dan kelembaban udara, kondisi tanaman juga berpengaruh pada serangan antraknosa. pH permukaan tanaman yang rendah atau asam (4,5 – 6,5) merupakan lingkungan yang kondusif bagi perkecambahan spora colletotrichum. Keasaman permukaan ini bisa berasal dari hujan malam hari yang meninggalkan lapisan asam, atau dari aplikasi bahan yang disemprotkan semisal pupuk daun atau pestisida yang bereaksi asam. Faktor permeabilitas dan sifat hipertonis (kaya cairan) dari sel-sel tanaman juga memudahkan haustoria (akar fungi) untuk melakukan penetrasi ke dalam epidermis inang sasaran. Buah cabai yang masak memiliki permeabilitas tinggi, dan mudah menyerap air sehingga membuatnya menjadi hipertonis, suatu kondisi yang memenuhi syarat bagi penetrasi patogen tersebut.

KETAHANAN TANAMAN DAN GENETIKA

Genetik tanaman membawa sifat-sifat ketahanan bawaan yang berbeda-beda. Pada varitas-varitas cabai yang mempunyai ketahanan bawaan kuat akan mampu menangkal serangan patogen sejak awal fase serangan. Ketahanan bawaan ini berupa kemampuan tanaman mensintesis senyawa fitoaleksin dan fenolat yang dapat menekan perkembangan patogen. Varitas-varitas yang tahan inilah yang disebut dengan varitas toleran dimana tanaman ini mampu secara alamiah meminimalisir tingkat serangan patogen seperti antraknosa. Selain ketahanan bawaan, tipikal fisik tanaman juga dapat membentengi tanaman dari serangan spora patogen, misalnya pada buah cabai yang berkulit tebal dan keras akan mempersulit haustoria jamur untuk menembusnya. Adakalanya fisik tanaman ini bisa direkayasa dengan suplai unsur hara tambahan. Penambahan unsur kalsium saat fase generatif menurut beberapa penelitian dapat meningkatkan ketebalan dinding sel pada buah, serta penambahan unsur boron dapat memperlambat penguraian asam amino pada buah masak sehingga kulit buah menjadi lebih kaku.  

PENCEGAHAN SELAMA PERSIAPAN TANAM

  1. Mempersiapkan sistem drainase sebaik mungkin yang tidak memungkinkan air menggenang dalam waktu lama di lahan.
  2. Panggunaan mulsa juga dapat mengurangi penguapan air tanah penyebab kelembaban tinggi.
  3. Sebelum mengolah tanah bersihkan lingkungan dari sisa-sisa tanaman dan semak-semak belukar, jika perlu sisa-sisa tanaman dibakar atau dibuat kompos di logasi yang terpidah dari lahan.
  4. Buat jarak tanam lebih lebar dengan pola zig-zag untuk menghindari kelembaban udara serta memberikan akses sinar matahari secara merata.
  5. Pilih varitas cabai yang tahan dan toleran terhadap antraknosa.
  6. Jika lahan bersebelahan dengan tanaman cabai tetangga yang sudah terserang antraknosa buatlah pagar pelindung dari plastik mulsa.
  7. Saat pembuatan bedengan tambahkan dolomit pada kedalaman yang sekiranya terjangkau oleh akar.
  8. Jika lahan yang akan ditanami punya sejarah serangan antraknosa, akan lebih baik jika ditambahkan agens hayati seperti trichoderma atau gliocladium.

ANTISIPASI DI PERTANAMAN (PENGENDALIAN PREVENTIF)

  1. Antraknosa biasanya menyerang secara masif saat tanaman berbuah, maka disarankan untuk meningkatkan pemberian hara berupa kalsium dan fosfat di saat tanaman menjelang berbunga.
  2. Apabila turun hujan pada malam hari lakukan penyemprotan  KOVER WP  untuk mengurangi keasaman pada permukaan tanaman terutama buah.
  3. Hindari penggunaan pupuk daun yang bersifat asam selama tanaman berbuah. Untuk penggunaan pupuk daun fase generatif direkomendasikan menggunakan  KALINET  yang tidak bersifat asam.
  4. Aplikasi kalsium karbonat berbentuk partikel tepung tidak larut air, karena bentuk ini tidak meninggalkan lapisan asam pada permukaan buah. Bisa menggunakan  CALBOVIT  atau  CAL-HA  yang sudah dilengkapi unsur mikro kationik dan humat.
  5. Gunakan fungisida protektif berbahan aktif tembaga hidroksida.
  6. Lakukan pengendalian hama serangga dengan baik karena seringkali spora jamur terbawa oleh kaki-kaki serangga dan berpindah dari tanaman sakit ke tanaman yang masih sehat.

PENGENDALIAN KURATIF

  1. Dilakukan apabila tanaman sudah terserang antraknosa, mungkin karena kurang dilakukannya pengendalian preventif sebelumnya.
  2. Aplikasi fungisida kontak dikombinasi dengan sistemik. Fungisida kontak yang direkomendasikan berbahan aktif tembaga hidroksida dengan dicampur  KOVER WP .  Sedangkan fungisida sistemik bisa yang berbahan aktif benomil, metil tiofanat, metalaksil, dimetomorf, difenokonazol, tebukonazol.
  3. Selama tindakan kuratif langkah-langkah seperti dalam pengendalian preventif tetap harus dilakukan untuk menangkal serangan yang berkelanjutan. Perlu diingat bahwa selama kita melakukan tindakan kuratif untuk membunuh jamur patogen, invasi spora jamur pendatang tetap berlangsung.
  4. Secara rutin bersihkan buah cabai yang sudah terinfeksi baik yang masih di pohon maupun yang sudah rontok, masukkan ke dalam kantong plastik dan bawa ke tempat yang jauh atau dibakar di lokasi yang terpisah dari lahan.
  5. Dalam melakukan penyemprotan fungisida kontak jangan hanya berfokus pada tanaman tetapi perlu juga menyemprot permukaan mulsa karena di permukaan mulsa juga terdapat serpihan-serpihan spora.
  6. Setiap aplikasi penyemprotan daun, usahakan tidak membuat tanaman basah kuyub tetapi membentuk lapisan tipis yang merata, dengan bantuan ajuvan seperti  OMSTICK  /  TARASTICK   DISPER  untuk aplikasi pestisida kontak, dan  NOZZEL  /  LOADER  untuk pestisida sistemik atau pupuk daun.

PEMULIHAN

Setiap tanaman yang mengalami serangan hama dan penyakit tentu tidak mampu berproduksi secara normal. Sebagian organ telah rusak, dan metabolisme tanaman mengalami gangguan. Oleh karenanya selain upaya-upaya pengendalian hama dan penyakit harus disertai upaya pemulihan kondisi tanaman agar kembali tumbuh dan berkembang dengan baik. Pemulihan tanaman dilakukan dengan pemberian pupuk mikro melalui daun untuk menormalisasi kinerja enzim-enzim dan merangsang pembentukan hormon-hormon alamiah bagi pembentukan sel-sel baru secara lebih cepat.  VITARON SL  merupakan pupuk daun yang mengandung unsur-unsur mikro dalam bentuk chellate yang aman, efektif dan direkomendasikan untuk memulihkan kondisi tanaman setelah terserang patogen. Waktu dan interval aplikasi tidak harus menunggu hingga masalah antraknosa ini tuntas tetapi dibarengkan dengan aplikasi pestisida secara rutin.


Link Pembelian

kover wp
Vitaron SL
Kalinet
Cal-Ha
calbovit

Cara aktivasi tricoderma

Cara aktivasi tricoderma Anfush



Tujuannya = agar mikroba yg aktif bertambah banyak
Bahan:
1. Anfush = 100 gr
2. Kentang = 100 gr
3. Gula = 100 gr
4. Air hujan sbg pengencer = 1.800 ml
Cara pembuatan :
Potong kentang menjadi kecil, kemudian direbus dengan air sebanyak 500 MI selama 15 menit. Kemudian diblender dengan air rebusannya sampai halus.
Kemudian Gula sebanyak 100 gram, anfush 100 gram di campur, kentang yang udah diblender dan air sebanyak 1.300 ml dicampur menjadi satu dalam ember di aduk sampai gulanya larut, kemudian di tutup dan di frekmentasi selama 5 hari.
Dosis untuk dikocor cabe :
10-20 liter per Ha
Atau
20ml-40ml (trichoderma yg sudah diaktifasi) /10L air
Trico yg sudah di aktivasi Hanya bertahan 1 bulan, jadi buat secukupnya.
Semoga bermanfaat

pembelian anfush Link shopee

Abacel 18 EC

Abacel 18 EC

Kemasan : 100ml
Bahan Aktif : Abamektin 18 g/l

ABACEL 18EC merupakan insektisida berbentuk racun kontak dan lambung berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan untuk mengendalikan hama ulat grayak, Thrips, pada segala tanaman seperti anggur, jambu, padi,bawang merah, cabai, dan tomat.

Insektisida Abacel 18EC untuk mengendalikan hama Thrips pada tanaman sayuran, Hama Thrips menyebabkan keriting pada daun tanaman, hama ini menyerang dengan cara menghisap pada tunas daun tanaman.



Cara Penggunaan :
– Larutkan 25 sd 30 ml/15 Liter
– Semprotkan secara merata

link pembelian = shopee